Mata Yang Enak Dipandang - Ahmad Tohari

Ahmad Tohari (2013), Mata Yang Enak Dipandang, Jakarta: Gramedia Pustara Utama


Cerita yang disajikan oleh Ahmad Tohari dalam buku ini berkutat pada kehidupan khas pedesaan. dan, memang penulis Ahmad Tohari terkenal dengan karya-karyanya yang fokus pada dialog kehidupan masyarakat bawah. Buku ini berjudul Mata yang Enak Dipandang, diambil dari salah satu judul cerita pendek dari lima belas yang disajikan. Kumpulan cerita pendek ini tersebar di media cetak antara tahun 1983 sampai 1997. 

Cerita pertama, mengisahkan seorang pengemis laki-laki buta bernama Mirta yang dituntun oleh temannya Tarsa. Mirta selalu menyalahkan temannya yang menuntunnya kalau pendapatannya menurun. Tarsa tak becus mencari pemberi uang. Mirta pun seringkali dijahili oleh temannya itu karena seringkali meninggalkan atau bahkan sembunyi disuatu tempat. Percakapan ini mengarah pada pendapat Mirta bahwa orang yang ikhlas memberi Matanya yang Enak diPandang!. (Kisah Desember 1991). 

Kisah selanjutnya adalah tentang seorang perempuan pelacur, Jebris namanya, yang tinggal disamping surau. Awalnya Jebris menikah dengan pedagang kios kelontong dekat terminal. dari pernikahan ini anaknya Mendol lahir. Kios suaminya mulai bertambah besar. Namun selentingan dari tetangga-nyalah yang membuat Jebris kemudian diceraikan. Jebris meniru emaknya penjual gembus tapi akrab dan hangat pada pelanggannya. Jebris pun demikian. Dia dekat dengan supir, kernet, dan tukang-tukang ojek. Semenjak diceraikan nasib Jebris tak menentu. Sehingga ia terjerumus untuk menjual diri. Dia pergi sore hari, dan pulang sebelum fajar menyingsir. Sar tetangganya, tidak tega dengan teman lamanya itu. Sar meminta Suaminya untuk menasehati Jebris dan membawanya ke jalan yang benar. Diakhir cerita, Suami Sar menawarkan Jebris untuk bekerja di rumahnya untuk masak atau cuci pakaian. “Kita akan terus bertetangga dengan dia. Dan kamu tak usah khawatir malaikan pembawa berkah tidak akan datang ke rumah ini bika kamu tetap punya kesabaran dan sedikit empati terhadap anak penjual gembus itu”, ucap Suami Sar. (Kisah tahun 1991). 

Next Kisah, 
Daruan bercita-cita jadi penulis. dan harapannya itu akhirnya terwujud. Muji temannya yang ada di Jakarta mengabarinya bahwa naskahnya telah di publish dan dijual di toko-toko. Daruan membayangkan bukunya sudah dijual di toko-toko buku yang besar di Jakarta. Daruan memang orang miskin. bahkan, untuk ke Jakarta dia harus rela menjual tiga gram emas istrinya untuk ongkos. Daruan beranggapan honor penjualan buku bisa mengganti tebusan uang emas istrinya. Daruan berangkat ke Jakarta untuk menemui Muji temannya. Sesampainya di rumahnya, Muji ternyata juga belum menerima dan masih menunggu honor dari penjualan buku itu. Daruan lemas dan memutuskan pulang dengan kereta. di gerbong Kereta, Daruan kaget ternyata ada penjual buku keliling. dan, dilihatnya buku itu penulisnya adalah “Daruan”. Kaget dan kecewa. Anggapan bahwa buku-bukunya dijual di toko-toko besar, ternyata hanya dijual oleh pedagang keliling! (Kisah Desember 1991). 

Next kisah, 
Warung bu Jum selalu ramai pembeli. Kartawi suaminya sampai heran mengapa warung istrinya itu selalu laris manis. Sehari-hari Kartawi hanya mencangkul di sawah. Desah-desus tetangga tentang penglaris kini sudah sampai ditelinga Kartawi. Istrinya Jum ternyata mencari penglaris ke orang pinter, Pak Koyor. Selentingan tentang penajem atau harga yang harus ditumbalkan mulai berdar. Penajem bisa Uang, tumbal ayam cemani, ataupun tubuh pasien sendiri. Kartawi resah lalu pulang dari sawah walaupun hari masih pagi. Waktu itu, Jum masih sibuk dengan pembeli. Kartawi ingin bertanya tentang kebenaran isu yang beredar. Hingga malam hari, Jum ditanya oleh Kartawi. Jum menjawab, “Yang saya berikan kepada Pak Koyor bukan begitu-begitu yang sesungguhnya. Saya cuma main-main, cuma pura-pura. Tidak sepenuh hati. Kang, saya masih eling. Begitu-begitu yang sebenarnya hanya untuk kamu, Sungguh, Kang”. Kartawi tambah bingung, lalu bertanya memang bedanya apa. “Bedanya banyak kang. Karena cuma main-main, begitu-begitu yang saya lakukan tidak sampai ke hati. Tujuannya juga kan buat bayar Penajem, itu saja Kang”. Kartawi marah lalu pergi. (Kisah November 1994). 

Next kisah, 
Paman Doblo adalah orang yang periang dan jujur. Dia selalu membantu Anak-anak, Ibu-ibu, ataupun Bapak-bapak. Simin selalu dibantu oleh paman Doblo. Mengambil layang-layang yang tersangkut di pohon, menaklukkan babi liar yang mengamuk di desa, hingga menoloh ibu-ibu yang tercebur di sumur. Paman Dablo selalu ikhlas menolong siapa saja. Muda tua, miskin kaya, dan seterusnya. Namun, perubahan sikap mulai terlihat ketika Paman Dablo diangkat menjadi Satpam di perusahakan kilang kayu jati. Bos nya tidak mau paman Dablo terkesan baik hati kepada setiap orang. Satpam paman Dablo dituntut menjadi garang dan sangar. Sampai akhirnya, paman Dablo benar-benar berubah, ketika anak kecil yang layangannya nyangkut di pagar pabrik. Paman Dablo langsung melotot dan menghardik anak kecil itu. Simin kecewa dan paman Dablo kini menjadi orang yang berbeda. (Kisah Juli 1997)

Kisah selanjutnya, bisa dinikmati sendiri ya.. 
Thank You, 

Pakem, 27 September 2022
Pukul 11.44 WIB


Posting Komentar

0 Komentar