Buku Klasik
Layla Majnun
![]() |
Layla Majnun |
Dikisahkan, seorang kepala suku Arab yang bernama Sayyid tak kunjung mempunyai Anak. Hingga dia terus-terusan berdoa kepada Allah agar Istirnya segera hamil. Doanya pun terkabul. Istri Sayyid melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Qays.
Qays tumbuh menjadi anak yang tampan, baik, dan soleh. Ia disekolahkan oleh ayahnya dengan anak-anak suku bangsa Arab yang lain. Dari sinilah, pertemuan Qays dan Layla terjalin. Ayah Qays tidak sadar bahwa dia telah membuka pintu neraka bagi anaknya sendiri.
Jalinan pertemanan antara Qays dan Layla semakin dekat. Orang-orang melihat mereka selalu bersama. Ayah Qays dan Ayah Layla saling melarang anaknya untuk hubungan satu sama lain. Suku Qays dan suku Layla tidak pernah berdamai dan terus menerus berseteru. Suku Layla menganggap suku Majnun lebih rendah dari suku Layla. Begitu pula sebelaiknya.
Cinta yang tak direstui membuat Qays benar-benar gila “Majnun”. Ia dibawa ayahnya untuk mengunjungi Ka’bah. Berdoa agar Allah menyembuhkan si Qays. Ayahnya berdoa dengan khusuk. Namun Qays sebaliknya. Ia justru mengutuk dirinya sendiri dan berdoa untuk kebaikan Layla.
Qays benar-benar tak bisa disembuhkan. Ia pergi dari rumah dan mengembara tak tentu arah. Setiap kali sampai ditengah pemukiman atau pasar, dia melantunkan syair-syair untuk Layla. Orang-orang pun mulai hafal dengan syair Majnun itu.
Perang dengan Suku Layla
Majnun tinggal di hutan sendirian. Pangeran Nowfal yang yang berkuasa di tempat tersebut, mendatangi Majnun. Perbincangan dengan Majnun, membuat sang pangeran merasa iba. Lalu, ia berjanji akan membantu Majnun untuk mendapatkan Layla kembali.
Disaat yang sama, ayah Layla telah menerima lamaran Ibnu Salam. Seorang pangeran dari suku Banu Asad yang terhormat. Layla tak punya pilihan lain. Ia akan segera menikah dengan Ibnu Salam.
Nowfal dan pasukannya pun datang ke tempat suku Layla. Nowfal mengancam akan menghancurkan mereka, jika tidak menyerahkan Layla. Suku Layla menolak. Perang pun tak terhindarkan.
Pada hari pertama, suku Layla mampu bertahan dari serangan Nowfal. Mereka saling serang dan membunuh satu sama lain. Keduanya memutuskan berhenti sejenak, saat senja sudah mulai gelap.
Esok harinya, Nowfal tetap menuntut agar mereka menyerahkan Layla. Jawaban suku Layla tetap menolak, karena mereka tau bahwa Layla akan diberikan kepada Majnun. Orang gila yang tak punya harga diri itu.
Hari kedua, Nowfal dan pasukannya berhasil mengalahkan suku Layla. Ayah Layla bersujud kepada Nowfal dan memintanya agar tidak membawa Layla pergi. Singkat cerita, nowfal luluh dengan perkataan ayah Layla dan membiarkan Layla tetap berada di rumahnya.
Nowfal pergi meninggalkan suku Layla. Majnun melihat Nowfal telah gagal membantunya. Ia marah lalu pergi. Nowfal mencari teman baiknya itu, namun Majnun telah menghilang.
Layla Menikah
Perkawinan Layla dengan Ibnu Salam terdengar diseluruh dataran Arab. Hingga kabar itu masuk ke telinga Majnun. Hatinya hancur. Majnun terisak-isak menangisi nasibnya. Hanya lantunan syair yang bisa ia berikan kepada pujaan hatinya. Berharap angin bisa mengantarkan pesan untuk Layla.
Layla hanya terdiam di kamarnya. Setiap kali Ibnu Salam ingin menyentuhnya, Layla selalu menolak. Hatinya sudah terkunci untuk seseorang. dan sayangnya, orang itu bukanlah Ibnu Salam. Satu hal yang pasti, Layla tetap menunggu kedatangan Majnun, walaupun itu adalah hal yang sangat mustahil.
Disisi lain, Ayah Majnun mencari anaknya. Terngiang kabar bahwa Majnun mampu menjinakkan hewan-hewan di hutan tempat tinggalnya. Hewan seperti rusa, kuda, monyet, burung hingga harimau telah menjadi teman setianya. Mereka patuh terhadap perkataan Majnun, majikannya.
Ayah Majnun akhirnya bertemu dengan anaknya. Ia kemudian membujuk Majnun untuk kembali ke rumah. Namun, Majnun menolak. Ayahnya akhirnya menyerah. Lalu mengucapkan kata terakhirnya kepada Majnun, “Selamat tinggal anakku, Selamat tinggal selama-lamanya". Majnun tetap diam.
Kini, giliran Ibu Majnun yang datang. Ibunya bercerita kepada Majnun bahwa sang ayah telah meninggal. Majnun hanya terdiam dan menolak tawaran ibunya untuk kembali ke rumah. Ibunya pulang dengan tangan hampa.
Sang Pembawa Pesan
Majnun hanya bisa melantunkan syair tentang Layla. Ia ditemani dengan kawanan hewan setianya. Kadang ada tamu yang datang, untuk sekedar menuliskan syair-syair Majnun. Lalu ia sebarkan ditengah-tengah Pasar. Lambat laun, syair itu pun sampai ke kemah Layla. Senyum Layla mengembang ketika mendengarnya.
Suatu hari, ada seorang penunggang kuda yang datang menemui Majnun. Kawanan hewan mulai menyerengai tamu tersebut. Majnun memberikan tanda untuk tidak melukai tamunya. Tamu tersebut pun duduk dihadapannya.
Penunggang kuda bercerita bahwa suami Layla telah meninggal. Mata Manjun mulai terbuka. Lalu, penunggang kuda tersebut merogoh sakunya. Ia membawa surat Layla untuk Majnun. Majnun mulai tersenyum.
Surat Layla membuat Majnun bahagia. Ia membaca surat Layla dengan seksama. Layla menceritakan semua kisahnya, tentang perang dengan Nowfal, tentang suaminya, dan tentang penantian cintanya kepada Majnun.
Majnun berterimakasih kepada sang penunggang kuda. Majnun mulai menulis surat balasan untuk Layla. Orang tua tersebut berjanji akan menyerahkan suratnya kepada Layla secepatnya.
Layla Meninggal
Setelah beberapa waktu, Layla jatuh sakit. Ia tak bisa berdiri lagi. Ibu Layla menangis setiap kali melihat anaknya. Ibunya tidak bisa berbuat banyak lagi. Hingga akhirnya, Layla pun meninggal diatas pangkuan Ibunya.
Kabar kematian Layla terdengar oleh Majnun. Seketika itu pula, Majnun berlari meninggalkan hutan dan kawanan hewan setianya. Ia berlari mencari pusara Layla.
Majnun hanya bisa terdiam diatas nisan Layla. Ia tak bisa lagi bersyair. Orang sekitar melihat Majnun mulai sakit-sakitan. Pada akhirnya, Majnun ikut meninggal diatas makan Layla.
Majnun dikuburkan bersampingan dengan kekasihnya, Layla. Kedua nisan itu bertuliskan sebuah syair:
Sepasang Kekasih terbaring di makam ini,
Pada akhirnya bersatu dalam kegelapan kematina.
Begitu setia saat berpisah, benar-benar saling mencinta,
Satu hati, satu jiwa di Surga.
Ditulis oleh
Akhmad Fakhrurroji
Yogyakarta, 29 Juni 2020
Pukul 11.31 WIB
Buku :
Nizami “Layla Majnun”, Penyunting: Nien (2014), Layla Majunun
oleh Nizami, Yogyakarta: Narasi.
Posting Komentar
0 Komentar